Senin, 04 Agustus 2014

Kumpulan puisi Zarry Hendrik

Tidak Dicintaimu

Karena aku sudah terlanjur mencintaimu, seperti rahim yang tak mungkin menelan lagi anaknya. Sekalipun laba-laba telah membangun sarangnya dalam hatimu, sesungguhnya aku tidak ingin keluar atau biarlah di dalamnya aku disekap! Dengan nafas yang terengah-engah, teriring isak yang tersandung-sandung di tenggorokan, inilah aku yang betapa ingin membangkitkanmu yang tergeletak. Mungkin ini garis terberat aku mencintaimu. Ada baiknya aku memohon ampun, mengakui kelemahan, menjunjung tinggi belas kasihan dan tak lupa berterima-kasih. Sayang, aku tidak hanya ingin sekadar ada, tetapi siap dan lagi bisa. Bila lengah mata melihat atau lelah pundak memikul, ketahuilah langkahku tetaplah engkau!
Aku ingin terlempar untuk membentur bola matamu, lalu terus menggelinding di atas tiap esokmu. Bagiku, wajah yang dipukul telak masih lebih ringan daripada tidak dipeluk kamu di saat-saat seperti ini. Karena tidak dicintaimu adalah sesuatu yang baru, yang membuatku merasa asing di antara segala hati yang membuka pintunya.
Di dalam tubuhku, di dalam hidupku, kaulah darahku, alasan degup jantungku! Kini aku merasa bahwa hatimu telah menelanku hidup-hidup. Apakah aku melantur? Tidak. Aku hanya takut menjadi bangkai di dalam hatimu. Itu saja.

Kacau

Aku terkikis ke lubang senyap oleh waktu yang tak cukup sanggup menyapu bayang-bayang mu, seakan aku begitu kecil untuk berdiri di atas kenangan yang meraksasa. Tidak kah kau ingat? kau seperti telah melepas tali yang menjerat leherku. Namun ternyata, kau hanya memindahkan tali itu dan mengikatnya dalam hatiku
Terkurat, itu aku di pelosok hatimu. Hati yang menjadi aneh semenjak engkau terseret zaman
setiap aku bertemu malam, aku termenung. Aku ingin menjauh dari sinaran bulan yang seolah sedang memelototi ku, seuntai jiwa yang berubah asing saat menjadi sepi tanpa hadirmu
Kau tau jangkrik? ya, ada sarang jangkrik di dalam hati yang kau campakkan ini. Sunyi, membosankan
Aku ingin pulang saja dengan kereta dan kenangan tentangmu biar berjejeran di atas relnya. Biar terlindas. Hancur. Berantakan. Seperti aku sekarang ini. Maka saat angin membawa bunyi kereta listrik itu untuk menepuk pundakku, ku harap seketika aku tersadar dari lamunan
sudah terlalu lama aku kikuk. Ini lebih menyiksa daripada menahan kantuk, karna ada kuk yang tidak ku lepas, yang tidak aku letakkan di atas tangan malaikat Tuhan. Itu engkau, sosok menyilaukan yang menipu ku dengan senyuman
apa aku cukup kuat dibelai takdir?
Pertanyaan bodoh. Sementara berat ku pikul penglihatanku
Aku berubah ringan menarik urat, seakan senyum susah sekali. Sudah seharusnya kah aku marah?
Betapa aku ingin menarik segala nama hewan-hewan buas dan memperkenalkannya pada hatimu, aku rasa aku pantas kembali dan memaksa mu untuk membalas senyum yang lebih lebar daripada senyum para penipu. Karna aku tak kan terharu saat memunggungi mu yang sedang mesra dengan orang yang beruntung
Dengar cantik, kau bisa jatuh ke tanah seperti bersama dedaunan kering kemudian tersapu angin sampai jauh dari pohonnya
Maaf. Ini maaf untuk diri ku sendiri, bukan untuk kamu. Mungkin karna pernah merindukan ku, kau jadi mampu merindukannya. Wajahmu kembali merah, bibirmu kembali mekar
Tapi sebentar jangan kemana-mana, bersiap-siap lah menyambut karma
Helai demi helai kisah yang indah dikala dulu, itu akan segera terderai dikibas angin
wahai kekasihku, mungkin kekasih yang paling menggelikan. Atas ulahmu di masa lalu, aku masih kacau seperti ini
Hebat!!. 

Kecil

Teruntukmu,
Atas segala masalah yang datang, seberapa berat hal-hal itu, sesungguhnya itu akan menegaskan banyak hal padamu, terutama tentang sebuah makna di balik aku tetap di sini.  Oleh karenanya, jangan kamu merasa hina karena aku mencintaimu, atau aku bisa menjadi sedih dan menangisinya! Memang ada banyak yang lebih hebat daripada kamu, tapi lebih hebat bila aku tetap mencintaimu. 
Percayalah! Biarkan aku menangis untuk tersenyum! Inipun karena cinta. Aku yakin, aku tidak menjadi bodoh karena itu. Tetaplah di sini, dan jangan menghukum dirimu karena kedukaanku! Aku tidak ingin bolos dari derita. Aku ingin benar-benar melewatinya dengan nilai yang memuaskan. Maka tidak akan kubiarkan siapapun mencuri kesedihanku dan menggantinya dengan kesia-siaan! Aku ingin memenangkanmu karena pernah meneteskan airmata. Seperti itu kesanggupanku. Demikian pula, aku tidak akan menyudahi cinta karena ketidakpuasaan sesaat. Aku akan menyimak hidup sampai kita benar-benar tiba di hari senang.
 Memang, ada banyak yang bertahta daripada kedudukanmu , pula berharta daripada isi sakumu. Tetapi itu semua adalah yang aku kenal sebagai aneka dari ujian. Melatih jiwaku untuk dapat mengangkat keberuntungan. Kekasih, mempertahankanmu adalah caraku membanggakan anugerah Tuhan. Kamu hanya begitu kecil di mata dunia, yang terlalu jelas dilihat Tuhan, walau kusimpan di dalam hati.

Bukan Baru Kemarin Sore

Aku telah lama mengenalmu, bukan baru kemarin sore. Kamu seperti selembar kertas yang aku baca setiap pagi, seperti kursi yang aku duduki setiap siang, seperti jalanan yang aku lewati setiap sore, dan seperti radio yang aku dengar setiap malam. Aku tahu getar suaramu, aku ingat lirik matamu dan aku mengerti arti senyummu. Aku tahu saat kamu merasa lapar, atau mengantuk dan juga bosan. Aku hafal warna kesukaanmu, minuman favoritmu dan lagu-lagu yang sering kamu dengarkan. Aku kenal sahabatmu, aku juga ingat wajah ibumu. Aku pernah menjabat tangan saudaramu, dan aku pernah menyentuh boneka kesayanganmu. Aku mengerti bahwa kamu tidak suka soda, enggan menunggu lama dan pantang pulang di larut malam. Aku ingat bahwa kamu pun benci asap rokok dan tidak tahan bila berada di ruangan yang tak sejuk. Aku tahu saat maag-mu kambuh, dan aku bisa membaca perih yang perutmu rasakan. Sebegitunya aku mengenal kamu, dan kamu pun memahaminya. Maka apa lagi yang mau kamu tanyakan padaku tentang seberapa perihnya aku yang telah kamu dustai?

Perayaan Penyesalan 

Kaulah hitam yang tak terangi, mimpi yang tak tersadarkan, dusta yang menggiurkan, dan pesta kematianku. Aku meminta lagu tersendu untuk disenandungkan di malam ini, nada yang lunglai mengiring ketumbangan hari, ketergeletakan waktu tanpamu, diguncang ketakutan, keluntuhan tinggi hatiku, mungkin sebentar lagi aku akan terkubur. Sebenarnya aku memaksakan diri sebab rupa-rupanya detik tidak menyediakan celah untuk aku membunyikan perasaanku, fikiran porak-poranda, gusar bagaikan ada kedatangan topan yang menghempas banyak kalimat. Apakah hidup terlalu keras untuk peduli? Mungkin aku terlalu kecil untuk bertanya. Namun andai ada keajaiban ujntuk kau mau mengerti bahwa merindukanmu telah menjadikanku buah bibir benda-benda mati, merayakan penyesalan, meratapi kebahagiaan. Dunia bagai terbalik, kau kasihan pada senyumku namun tangisku menyenangkanmu, ini adalah bukti tentang adanya tuaian atas apa yang aku tabur, harga atas apa yang dulu aku sia-siakan. Seseorang yang penuh cinta yang telah aku anggap enteng, yang hadir di hidupku sebelum kamu datang, dan kamu memberi ku lebih dari luka yang dulu pernah kuberikan padanya

Tak Ada Hari Untuk Kau Kembali

Bersembunyi membuat kita melahirkan dunia sendiri. Dunia yang selalu sama, tak berubah; perasaan. Memang, aku telah banyak mengecewakanmu, baik sengaja maupun tidak, namun perasaanmu tidak bergeser, masih pemaaf yang tak pernah tergantikan. Terima kasih! Kau telah menjadi perempuan yang terima aku luar dan dalam, sosok yang sering menjelaskan apa yang tak ingin kusampaikan. Tidak ada satu kekurangan pun yang perlu aku sembunyikan dari engkau. Tidak ada satu kelebihan pun yang tak kupersembahkan padamu. Tidak ada.
Mungkin, waktu akan membawaku lenyap dari hatimu. Mungkin, itu adalah hari yang tak pernah ingin aku lewati. Mungkin akan ada saat di mana kau tak perlu mencintaiku lagi. Tetapi mungkin, aku pikir itu bukan hari ini, malam ini, detik ini.
Sesungguhnya hatiku akan selalu terjaga, kapanpun engkau ingin kembali. Aku sering bertanya kepada benda-benda mati; apa hati bisa melucu? Sebab kata hati, aku bisa memilikimu, lagi. Kini, sebenarnya kejauhanmu membuat aku menanti-nanti kesalahanku sendiri, di mana aku sedang merasa benar dalam meyakini; hari di mana kau akan kembali itu tak ada.

Sumpahku Padamu

Ada permata-permata kecil di dalam ingatan. Selalu menyala, memberi ketenangan, sekalipun harus melangkah dengan memejam. Mungkin permata-permata itu memantulkan cahaya dari wajahmu; bayangan yang masih terpelihara di dalam hati.
Menyayangimu seperti mengalir, aku tak pernah menjumpai hilir. Tiada muara untuk aku dapat melupakanmu. Hingga di penghujung hari ini, katakanlah sisa sedikit langkah ke pintu masuk menuju esok, tetapi ada tumpukan kenangan yang menumpuk di kereta kecil yang kuseret.
Aku pernah meminta hatimu dengan sangat, tetapi tidak dengan memaksa. Aku tidak mungkin mengemis untuk memohon kau jujur pada dunia, bahwa akulah satu-satunya yang kau ingin mendampingimu, bahwa kau tak akan pernah menemukan kebahagiaan jika hidup tanpa kekuranganku. Sebab akulah pelengkapmu, Sayangku. Kau dan aku hanya akan menjumpai hari yang selalu seperti tak pernah berakhir.
Tidak, menurutku keadaan bukan pemenang, sebab cinta tiada lawan. Kau hanya menyerah dan seperti gelas yang jatuh ke lantai, mimpi kita tinggal serpihan. Sekarang baiklah, menikahlah dengannya! Aku bersumpah, wajahku akan selalu ada di tiap kau memejamkan mata. Aku bersumpah, selama kau masih ingat namaku, peluknya akan selalu terasa hambar.

Aku Sudah Nyata Untukmu

Ketidakpastian hanyalah keyakinan yang tidak sepenuhnya.
Jarak hanyalah ruang untuk merindu, orang yang setia akan menghormati keberadaannya.
Jika ada hati yang dipilih, maka seharusnya ada sikap yang diambil.
Apa aku harus percaya kau? Kau bahkan tak yakin pada diri sendiri.
Baik adalah cukup bagiku. Kau tak perlu jadi yang terbaik untuk kucintai.
Kupikir tidak ada bahagia yang bisa dicapai dengan keterpaksaan.
Terkadang manusia tertipu. Dilihatnya pintu harapan sebagai penghalang.
Acapkali juga manusia merasa aneh pada sesuatu yang nyata.
Seperti kamu.
Kamu adalah kenyataan yang patut kumiliki. Usahlah mencariku di mimpi, aku sudah nyata untukmu, aku ada bagi hidupmu.

Merebut Hatimu Dari Tangannya
 
Ia menghubungimu hanya karena, dan entahlah, kau terlihat berbunga-bunga. Kau punya perasaan terhadapnya, namun tak ada kesiapan memilikinya. Mungkin begitu sebenarnya. Jika ia memperlakukanmu dengan buruk dan kau tetap tak bisa lepas darinya, mungkin kau hanya mencanduinya, bukan mencintainya.
Keseluruhanmu telah disentuhnya. Seakan takut kehilangannya adalah cinta, padahal kau hanya sedang terperangkap pada sesuatu yang terlanjur. Terlanjur basah, terlanjur luka. Apa kau sedang berada di dalam keadaan menuju mati perlahan-lahan?
Diperbudak oleh sepi, tunduk pada kebaikan yang mengecoh, sampai yang tepat jadi tak nampak. Kau jauh mencari-cari, tak pernah kau gali di dalam diri. Maaf. Terkadang kata-kata itu menyakiti, seperti tamparan. Ada tamparan yang untuk melukai, ada pula yang untuk menyadarkan. Maka dengan ini aku ingin merebut hatimu dari tangannya. Bukan maksud aku mencuri. Aku hanya ingin menyelamatkan hatimu untuk tidak diremasnya terus, supaya tidak dilukainya terus.

Pujian Untukmu

Kamu itu lebih dari cantik. Entahlah. Dibanding perempuan lain, wajahmu adalah yang ternyaman di mataku. Tapi boleh aku kasih sedikit masukan? Menurutku, cantikmu akan lebih terlihat cerah jika kau ada di samping aku. 
Ya, kita adalah dua kepala yang sama keras, dua hati yang sama rasa. Mungkin esok atau lusa kita akan bertengkar, tetapi hanya kamulah yang ingin kupeluk sekarang. Sesungguhnya, tidak ada satu haripun aku bosan akan hadirmu. Tidak ada.
Kekasihku, aku ingin menjadi cermin untuk kamu dapat melihat dirimu berharga. Hiduplah denganku! Di mataku, kamu akan melihat dirimu indah di tiap harinya. Dan menyemengatimu, aku tak pernah tak ada waktu. 

Suatu Hari Nanti
Matanya itu terangi aku namun ia memandang dengan semaunya, suatu hari nanti sesaat setelah kepergianku, apa yang ia lihat hanyalah hampa. Demi rindu yang meraksasa ini, aku ingin suatu hari nanti ia akan kembali bukan untuk kumiliki lagi tapi untuk menamparku berkali-kali, suatu hari nanti ia akan tersiksa oleh pernyataannya sendiri, tentang bagiaman ia tidak mengindahkan maaf, kemudian kehilanganku. Dialah ketanyaanku antara pergi dan terkendali, aku terpakku. Suatu hari nanti saat letih tepis rasaku ia akan tanya mana marahku, suatu hari nanti ditiba saatnya lelah pukul hati nya ia akan memohon kepada sang waktu agar jam berjalan mundur, pergilah sejauh mungkin ke tiap hati yang berani kau tempati. Suatu hari nanti mendengar namaku akan terasa bagaikan terancam mati, suatu hari nanti setelah aku meninggalkanmu aku akan menemukan seseorang yang baru yang baik dan aku akan memberikannya rumah supaya ditiap aku merindukan aku akan segera pulang, suatu hari nanti seseorang yang baru itu akan berjalan menuju altar datangi aku yang berdiri dengan tersenyum dan gemetar.


Untuk Matamu

Angin
membawa keping-kepingnya melayang jauh di atas tanah
jauh
sulit kukejar
sulit kugapai
Lihat betapa aku menghias luka
Kubuat segala mulut melebarkan bibirnya
kecuali bibirku sendiri
Ah, aku merasa aku tidak untuk di sini,
aku tidak untuk di sana,
aku tidak untuk di mana-mana
selain ada untuk matamu.

Saya Ingin Selalu Sama Seperti Puisi

Saya ingin selalu sama seperti puisi ditulis, dibaca, didengar, dihayati, dirasakan. Saya ingin selalu sama seperti puisi menyentuh, memeluk, menyambuhkan. Yyaa saya ingin selalu sama seperti puisi, puisi kepunyaan penyair hebat tetapi tidak puisi saya, puisi saya berantakan, sulit dimengerti, setiap kata bagaikan kepingan seperti gelas kaca yang pecah dan belingnya berserakan di lantai. Kertas adalah lantai bagi saya, saya berjalan dengan menjinjing di atasnya, khawatir saya terluka oleh tajam kata-kata saya sendiri. Tadinya hati adalah bagai gelas kaca yang utuh, dan  ia menuang cinta untuk kuteguk, sayang cinta itu terlalu mendidih. Saya tak kuasa menggenggam gelas, saya tak cukup tahan terhadap panasnya. Jatuh, gelas yang saya pegang dengan tangan saya itu jatuh, jatuh ke lantai, hancur berserakan di kaki saya. Iya menangis dan kemudian pergi

Aku Lelaki yang Sabar

Pernah adakah waktu untuk kamu berpikir tentang lelaki mana yang dapat tahan dengan sikapmu?

Ya, sikapmu.

Bebunyian panci-panci yang berjatuhan berikut suara piring dan gelas yang pecah di dalam kepalaku? Adakah kau berpikir bahwa aku lelaki yang bisa lelah? Adakah kau berpikir bahwa aku manusia yang bisa merasakan pusing?

Aku, akulah lelaki yang tak pernah lelah berjuang untuk mengerti kau, akulah lelaki yang rela merasakan tiap peningnya saat keluar keluh dari mulutmu. 

Aku.

Akulah lelaki yang dapat tahan dengan segala sikapmu yang kekanakkan, akulah lelaki yang dengan sabar menunggu saatnya engkau aku tinggalkan.

Kapan Kau Datang Lagi

Kapan kau datang lagi, membangunkanku tidur, mengingatkanku bahwa waktu itu berharga saat denganmu? Kapan kau datang lagi, menjemputku pergi, membawaku ke tempat yang kau pikir kita bisa tenang di sana? Kapan kau datang lagi, menemuiku yang tidak tahu bagaimana lagi jika tanpa kau? Kapan kau datang lagi? Kapan?

Aku Kalah

Apa orang yang memperlakukanmu dengan begitu baik harus diam-diam menjahatiku? Kudengar ia orang yang baik, pekerja keras, mau mengalah, rajin beribadah dan namun diam-diam mengungkapkan perasaannya kepada kekasihku dan itu kau. Aku kalah. Aku lengah. Sesaat setelah aku berkedip, kau lenyap. Kau kekasihku telah direnggut, perasaanmu kini terbelah. Setengah untuk orang yang begitu baik, mungkin setengah lagi hanya teruntuk kutanya-tanya.
Aku tidak menyalahkanmu. Kan kulihat kau bahagia. Hanya dulu, aku dapat melihat hati yang penuh pada sepasang bola matamu. Sekarang aku kagok oleh karena begitu banyak ketakutan di dalamnya. Aku ingin bertepuk tangan, namun khawatir kau tersinggung.
Apakah ini pertanda untukku meniti hidup yang baru untuk seseorang yang baru? Aku tidak yakin, sebab sampai di hari ini, rindu selalu lebih kuat dari kekecewaan. Aku tidak mau memilih pengganti dengan hati yang hanya memberikan rasa kasihan. Hati yang menjerit tidak harus selalu menyerukan kesepian. Biarlah aku sendiri asal tidak memiliki yang tidak aku cintai. Ini lebih baik dari asal-asalan.
Hanya dengar kekasihku, jangan karena kau cinta aku begitu besar, cintaku jadi tidak berarti apa-apa! Kau tahu kalau kau mencintaiku, namun cintakah yang kau inginkan? Jika kau bilang kau lebih mencintaiku, lalu untuk diakah sisanya? Ah, isi hatimu dipertanyakan. Sekarang bayangkan! Jika hati kekasihku dicuri orang, akankah hatinya akan kembali dengan utuh? Karena siapakah aku yang menjawab tanya sendiri.
Mungkin ini pelajaran bahwa ternyata ada juga cinta yang jahat, cinta yang mencari celah untuk dapat memisahkan dua hati yang menyatu. Aku dan kamu yang dulu pernah menjadi kita. Baiklah, baiklah. Biar bumi berputar, waktu berjalan dan aku terpaku saja akan bayang-bayangmu.
Yang baik selalu menang, yang terbaik hanya dikenang. Aku kalah.




 Apa Ku Pernah?

Apa kau sanggup meninggalkanku?
Kau pernah sanggup mencintaiku.

Apa kau perlu membenci aku?
Aku pernah kamu perlukan.

Apa kau ingin melupakanku?
Kau pernah ingin aku ingatkan.

Apa kau mampu menyakitiku?
Kau pernah mampu melindungiku.

Apa kau bisa hidup tanpaku?
Kau pernah bisa hidup denganku.

Apa kau mau menjauhiku?
Kau pernah mau mendekatiku.

Apa kau merasa harus memaki aku?
Aku pernah merasa harus memuji kamu.

Apa kau rela aku bersedih?
Kau pernah rela menangisiku.

Apa kau tidak percaya aku?
Dulu kau pernah meyakinkanku.

Apa kau tidak merindukanku?
Kau pernah sangat rindu padaku.

Apa kau mampu cari yang lain?
Kau pernah mampu terima aku.

Apa kau sanggup mengacuhkanku?
Kau pernah sanggup perhatikanku.

Apa kau terus menghindariku?
Kau pernah terus mencari aku.

Apa kau lari dariku?
Kau pernah mengejar aku.

Apa ku hina dimatamu?
Kau pernah senyum memandangiku.

Apa kau hebat melukaiku?
Kau pernah hebat menjaga aku.

Apa kau tetap pilih yang lain? Kau pernah tetap memilih aku.
Apa kau bangga khianatiku? Ku pernah bangga engkau setia.

Lengkapnya Sepi

Lama tidak dengar kabarmu, bagaimanakah kamu sekarang? Semoga kamu dijaganya baik, jangan sampai percuma melepas aku. Jauh dariku bukan berarti tanpa tertawa. Meski ia tidak selucu aku, janganlah jatuh air matamu. Meninggalkan aku sendiri di sini kan seharusnya bukan pilihan untuk bersedih sepanjang hidup. Semangatlah untuk membuat dirimu mencintainya!
Memang sesekali aku coba mencinta dengan mencium, mendobrak pintu hatiku dengan kecupan. Namun apa mau dikata, malah luka perasaan orang. Apa cinta yang meledak-ledak menghancurkan hati sendiri? Sebab setiap bunyi hantaman keras, kudengarnya bagai namamu. 
Beberapa menyukaiku dengan lembutnya, hanya tak sedalam kamu mengenal aku. Kamu lebih dari masa lalu, seperti pahlawan yang tidak mungkin hanya karena ada luka kecil, dapat terlupakan perjuangannya. Jika ada sejuta mulut yang menyoraki aku berengsek, aku percaya kamu tetap memiliki suara sendiri. Itulah! Sesekali memang aku suka berkata bodoh, membencimu karena jauh. Sebab menyakitkan, kamu hadir untuk kuingat, seperti datang untuk berpamit. Terkadang ini yang membuatku berharap cemas, di mana kiranya keseluruhanku dapat rubuh, sehingga dari atas panggung aku terjatuh, kemudian mendarat di pangkuanmu. Sekarang setelah semuanya ingin kumulai sendiri, tiap kepingku telah menjelma menjadi nyawa dan memberi hidup bagi tiap kata yang melengkapkan sepi setiap orang.
  
Semoga Tidak Kamu Lagi
 
Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia. Bukan karena aku tidak ingin kamu bahagia, melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu. Itu menyakitkan, seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar. Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk, supaya aku dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan, sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku bangkit.
Namun ketahuilah sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu, ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi tubuhku dan jantungku berdenting demi kau menari-nari di pikiranku. Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku, itu karena aku mampu terima kamu apa adanya. Aku meminta ampun kepada Tuhan, sebab aku pernah berharap kalau suatu saat, ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu, aku ingin tak pernah lagi menginjak bumi. Sebab hidup  jadi terasa bagaikan dinding yang dingin. Aku harus menjadi paku, sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya. Memukul aku, memukul aku dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat.
Pada akhirnya, semoga, tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas. Amin.

Selasa, 13 Mei 2014

Bojonegoro

Taman Bengawan Solo @ds. Banjarsari kec. trucuk Bojonegoro

TPK ds. Sukorejo Bojonegoro 
sarang setannya Bojonegoro ya ini. Tpk desa sukorejo Bojonegoro. Tempat pemungutan kayu di Bojonegoro yang faktanya horor karena semua jenis setan mulai kuntilanak , genderuwo and the gank nyarang jadi satu disitu. :D
 Bendungan Gerak @ds. kalitidu - Bojonegoro








 narsis dulu ini di desa Trucuk :p





Selasa, 06 Mei 2014

Mohonkan aku



Mohonkan ampun pada Tuhan
Atas rasa yang tak mampu ku hapus
Atas keinginan yang menguatkan
Atas jiwa yang bersemayam di hati
Jiwa yang telah berlabuh jauh di sana,
Mencipta bahagia.
Sementara air mata tak mampu terbendung dalam diri
Memukul segala yang tak seharusnya terasakan
Begitu sakit…
Mohonkan aku pada Tuhan..
Mohonkan…
Agar semua terampuni
Dan siksa yang menjerat
Berharap bisa terlepaskan

Minggu, 04 Mei 2014

Sebuah kebersamaan bersama Keluarga Besar Sastra Indonesia UNESA angakatan 2013 :)

Rabu, 02 April 2014

Aristoteles



. Siapakah Aristoteles?
Meskipun nama filosof ini sudah sangat populer di kalangan kaum intelektual dan akademikus,terutama di kalangan para mahasiswa filsafat, namun biografi dan latar belakangnya belum banyak yang mengetahui, terutama di kalangan para pemula pengkaji filsafat. Maklum di Indonesia, nama-nama filosof seperti Aristoteles ini, hanya beken di linkungan universitas, sementara di SD/SMP/SMU/Pesantren belum diperkenalkan. Maka wajar banyak para siswa, mahasiswa santri dan bahkan kiai yang masih asing dengan tokoh ini. Kalaupun mengetahui paling banter hanya sebatas namanya dan tanggal lahirnya saja.
Padahal kalau berbicara soal pemikiran tokoh, maka unsur biografi yang sangat berpengaruh terhadap konstruk ide dan pemikirannya jelas bukan sekedar tanggal lahir, melainkan pada latar belakang kebudayaannya yang luas; yang meliputi kondisi keluarga,struktur masyarakatnya,dunia pendidikannya, mitra belajarnya,guru-gurunya dan seterusnya. Dengan melihat kondisi di Indonesia sperti sekarang, terutama di kalangan ulama Islam, jelas berbeda dengan para ulama-ulama Islam tempo dulu seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Shina, Ibnu Rusyd dan seterusnya; yang mana mereka terkenal sebagai tokoh Islam tetapi mereka juga akrab bahkan apresiatif dan kritis terhadap pemikiran-pemikiran Barat seperti pemikirannya Aristoteles dan Plato.
Selanjutnya, siapakah Aristoteles itu? Ia dilahirkan pada 384 SM di Stageira, Thrace sebuah kota di Yunani Utara. Dilihat dari posisi keluarganya, Aristoteles berasal dari kelas elit. Ayahnya adalah seorang dokter pribadi raja Makedonia II, Amyntas. Jelas keluarganya merupakan orang berpendidikan.Dilihat dari  keluarganya inilah, ada sebuah dugaan bahwa spirit dan kecintaan Aristoteles terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat merupakan pengaruh dari keluarganya.
Pada umur sekitar 17/18 tahun, Aristoteles dikirim ke Athena untuk berguru kepada Plato---seorang pendiri dan sekaligus rektor universitas terkenal di Yunani pada waktu: Akademia. Ia belajar di Akademia hingga Plato meninggal. Di universitasnya Plato ini, ia tidak sekedar belajar, melainkan juga mengajar para santri Akademia yang lebih yunior tentang logika[1][3] dan retorika.
Paska wafatnya Plato, Akademia dipimpin oleh Speusippos. Ketika Akademia di bawah kepemimpinan Speusippos inilah, Aristoteles bersama murid Akademia yang lainnya, Xenokrates, meninggalkan Akademia karena berbeda pandangan dengan Speusippos soal filsafat. Filsafat oleh Speusippos cenderung disederajatkan dengan matematika[2][4].
Karena perbedaan itulah Aristoteles minggat dari Athena dan menuju Assos, sebuah daerah di pesisir Asia kecil. Pada waktu itu Assos berada di bawah kekuasaan Hermias. Dan Hermias sendiri adalah alumni Akademia yang telah meminta Plato mengirimkan dua orang muridnya, Erastos dan Koriskos, ke Assos untuk membuka sekolah baru di daerah itu. Maka, ketika Aristoteles sampai di daerah kekuasaan Hermias itu, ia dan sahabatnya itu bergabung dengan civitas akademika di Assos untuk ikut berperan sebagai pengajar.
Di sini pula Aristoteles menikah dengan kemenakan Hermias, Pythias. Namun, ketika 345 tragedi politik terjadi yakni Hermias telah dibunuh oleh tentara Persi. Pembunuhan ini memaksa Aristoteles meninggalkan Assos dan pergi ke Mytilene di kepulauan Lebsos yang jaraknya tidak jauh dari Assos. Di dua daerah pelarian inilah (Assos dan Mytilene) Aristoteles telah berhasil melakukan riset tentang binatang (zoology) dan tumbuhan (bootany) yang hasil risetnya itu dibukukan dalam sebuah seri bernama Historia Anemalium.
Ketika pada 342/343SM[3][5] Aristoteles dipanggil oleh raja Makedonia, Philippos, keturunan dari Amyntas II, untuk mengajar anaknya yang bernama Alexander yang waktu itu berusia 13 tahun.Banyak orang berpandangan soal kebesaran dan kesuksesan Alexander terkait dengan hubungannya dengan Aristoteles. Padahal hubungan antara guru dan murid ini lebih banyak berupa legenda dan belum ditemukan data-data validnya. Bertrand Russell sendiri mengatakan “Perihal pengaruh Aristoteles terhadapnya (terhadap Alexander-red), kita bebas mengajukan dugaan apapun yang kira-kira paling masuk akal. Menurut saya pengaruhnya nihil.”[4][6] 
Selanjutnya pada tahun 340 Alexander diangkat sebagai wakil bapaknya sebagai raja. Tidak lama kemudian pada umur 19 tahun Alexander diangkat sebagai raja Makedonia. Selesailah tugas Aristoteles sebagai guru Alexander. Maka ketika Alexander The Great dilantik menjadi raja Makedonia, Aristoteles kembali ke Athena, tempat dulu ia belajar kepada Plato. Ketika ia kembali ke Athena itu, temannya yang dulu dia ajak pergi ke Assos, Xenokrates, sudah menjadi rektor Akademia. Namun sekembalinya ke Athena Aristoteles tidak lagi bergabung dengan Akademia, karena pemikirannya sendiri sudah lebih berkembang ketimbang pemikiran filsafat madzhab Akademia.
Akhirnya, dengan bantuan dari Makedonia, ia mendirikan universitas sendiri dengan nama Lykeion atau dalam bahasa latinnya Lyceium. Dengan semangat intelektual yang tinggi dari para civitas akademika Lykeion, univeristasnya Aristoteles ini membuka dan mempelajari semua cabang dan disiplin ilmu pengetahuan. Di universitasnya inilah, Aristoteles membangun perpustakaan yang mengumpulkan bermacam-macam manuskrip dan peta bumi; dan menurut Strabo—seorang sejarawan Yunani-Romawi--, itulah perpustakaan pertama dalam sejarah umat manusia.[5][7] Akhirnya Lykeion, pada perkembangan selanjutnya menjadi saingan berat dari Akademia. Persaingan ini membuat Aristoteles semakin bernafsu untuk mempertajam riset-risetnya. Hasilnya, ia tidak hanya dapat menjelaskan prinsip-prinsip sains, tetapi juga mengajarkan politik, retorika dan dialektika.[6][8]
Posisi Arstoteles yang sangat potensial di Athena itu lama kelamaan tidak aman. Ini berkaitan dengan meninggalnya Alexander Agung yang menyebabkan Athena hendak melepaskan diri dari Makedonia. Gerakan anti-Makedonia semakin meluas di Athena dan ini berimbas buruk terhadap Aristoteles. Karena kedekatannya dengan raja Makedonia itu, ia dituduh oleh orang-orang Athena yang anti-Makedonia sebagai atheis dan penyebar ajaran subversif. Karena tuduhan dan serangan-serangan orang-orang Athena itu, ia berpikir lebih bijak: lebih baik meninggalkan Athena. Selanjutnya urusan universitas Lykeium ia serahkan ke tangan muridnya, Theoprastos dan Aristoteles sendiri pindah dan melarikan diri ke Khalkis dan meninggal di sana pada tahun 322.