. Siapakah Aristoteles?
Meskipun
nama filosof ini sudah sangat populer di kalangan kaum intelektual dan
akademikus,terutama di kalangan para mahasiswa filsafat, namun biografi dan
latar belakangnya belum banyak yang mengetahui, terutama di kalangan para
pemula pengkaji filsafat. Maklum di Indonesia, nama-nama filosof seperti
Aristoteles ini, hanya beken di
linkungan universitas, sementara di SD/SMP/SMU/Pesantren belum diperkenalkan.
Maka wajar banyak para siswa, mahasiswa santri dan bahkan kiai yang masih asing
dengan tokoh ini. Kalaupun mengetahui paling banter hanya sebatas namanya dan
tanggal lahirnya saja.
Padahal
kalau berbicara soal pemikiran tokoh, maka unsur biografi yang sangat berpengaruh
terhadap konstruk ide dan pemikirannya jelas bukan sekedar tanggal lahir,
melainkan pada latar belakang kebudayaannya yang luas; yang meliputi kondisi
keluarga,struktur masyarakatnya,dunia pendidikannya, mitra
belajarnya,guru-gurunya dan seterusnya. Dengan melihat kondisi di Indonesia
sperti sekarang, terutama di kalangan ulama Islam, jelas berbeda dengan para
ulama-ulama Islam tempo dulu seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Shina, Ibnu
Rusyd dan seterusnya; yang mana mereka terkenal sebagai tokoh Islam tetapi
mereka juga akrab bahkan apresiatif dan kritis terhadap pemikiran-pemikiran
Barat seperti pemikirannya Aristoteles dan Plato.
Selanjutnya,
siapakah Aristoteles itu? Ia dilahirkan pada 384 SM di Stageira, Thrace sebuah
kota di Yunani Utara. Dilihat dari posisi keluarganya, Aristoteles berasal dari
kelas elit. Ayahnya adalah seorang dokter pribadi raja Makedonia II, Amyntas.
Jelas keluarganya merupakan orang berpendidikan.Dilihat dari keluarganya inilah, ada sebuah dugaan bahwa
spirit dan kecintaan Aristoteles terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat
merupakan pengaruh dari keluarganya.
Pada
umur sekitar 17/18 tahun, Aristoteles dikirim ke Athena untuk berguru kepada
Plato---seorang pendiri dan sekaligus rektor universitas terkenal di Yunani
pada waktu: Akademia. Ia belajar di
Akademia hingga Plato meninggal. Di universitasnya Plato ini, ia tidak sekedar
belajar, melainkan juga mengajar para santri Akademia yang lebih yunior tentang
logika[1][3] dan retorika.
Paska
wafatnya Plato, Akademia dipimpin oleh Speusippos. Ketika Akademia di bawah
kepemimpinan Speusippos inilah, Aristoteles bersama murid Akademia yang
lainnya, Xenokrates, meninggalkan Akademia karena berbeda pandangan dengan
Speusippos soal filsafat. Filsafat oleh Speusippos cenderung disederajatkan
dengan matematika[2][4].
Karena
perbedaan itulah Aristoteles minggat dari Athena dan menuju Assos, sebuah
daerah di pesisir Asia kecil. Pada waktu itu Assos berada di bawah kekuasaan
Hermias. Dan Hermias sendiri adalah alumni Akademia yang telah meminta Plato
mengirimkan dua orang muridnya, Erastos dan Koriskos, ke Assos untuk membuka
sekolah baru di daerah itu. Maka, ketika Aristoteles sampai di daerah kekuasaan
Hermias itu, ia dan sahabatnya itu bergabung dengan civitas akademika di Assos
untuk ikut berperan sebagai pengajar.
Di
sini pula Aristoteles menikah dengan kemenakan Hermias, Pythias. Namun, ketika
345 tragedi politik terjadi yakni Hermias telah dibunuh oleh tentara Persi.
Pembunuhan ini memaksa Aristoteles meninggalkan Assos dan pergi ke Mytilene di
kepulauan Lebsos yang jaraknya tidak jauh dari Assos. Di dua daerah pelarian
inilah (Assos dan Mytilene) Aristoteles telah berhasil melakukan riset tentang
binatang (zoology) dan tumbuhan (bootany) yang hasil risetnya itu dibukukan
dalam sebuah seri bernama Historia
Anemalium.
Ketika
pada 342/343SM[3][5] Aristoteles dipanggil oleh raja Makedonia, Philippos,
keturunan dari Amyntas II, untuk mengajar anaknya yang bernama Alexander yang
waktu itu berusia 13 tahun.Banyak orang berpandangan soal kebesaran dan kesuksesan
Alexander terkait dengan hubungannya dengan Aristoteles. Padahal hubungan
antara guru dan murid ini lebih banyak berupa legenda dan belum ditemukan
data-data validnya. Bertrand Russell sendiri mengatakan “Perihal pengaruh
Aristoteles terhadapnya (terhadap Alexander-red),
kita bebas mengajukan dugaan apapun yang kira-kira paling masuk akal. Menurut
saya pengaruhnya nihil.”[4][6]
Selanjutnya
pada tahun 340 Alexander diangkat sebagai wakil bapaknya sebagai raja. Tidak
lama kemudian pada umur 19 tahun Alexander diangkat sebagai raja Makedonia.
Selesailah tugas Aristoteles sebagai guru Alexander. Maka ketika Alexander The
Great dilantik menjadi raja Makedonia, Aristoteles kembali ke Athena, tempat
dulu ia belajar kepada Plato. Ketika ia kembali ke Athena itu, temannya yang
dulu dia ajak pergi ke Assos, Xenokrates, sudah menjadi rektor Akademia. Namun
sekembalinya ke Athena Aristoteles tidak lagi bergabung dengan Akademia, karena
pemikirannya sendiri sudah lebih berkembang ketimbang pemikiran filsafat madzhab
Akademia.
Akhirnya,
dengan bantuan dari Makedonia, ia mendirikan universitas sendiri dengan nama Lykeion atau dalam bahasa latinnya Lyceium. Dengan semangat intelektual
yang tinggi dari para civitas akademika Lykeion,
univeristasnya Aristoteles ini membuka dan mempelajari semua cabang dan
disiplin ilmu pengetahuan. Di universitasnya inilah, Aristoteles membangun
perpustakaan yang mengumpulkan bermacam-macam manuskrip dan peta bumi; dan
menurut Strabo—seorang sejarawan Yunani-Romawi--, itulah perpustakaan pertama
dalam sejarah umat manusia.[5][7] Akhirnya Lykeion, pada
perkembangan selanjutnya menjadi saingan berat dari Akademia. Persaingan ini membuat Aristoteles semakin bernafsu untuk
mempertajam riset-risetnya. Hasilnya, ia tidak hanya dapat menjelaskan
prinsip-prinsip sains, tetapi juga mengajarkan politik, retorika dan
dialektika.[6][8]
Posisi
Arstoteles yang sangat potensial di Athena itu lama kelamaan tidak aman. Ini
berkaitan dengan meninggalnya Alexander Agung yang menyebabkan Athena hendak
melepaskan diri dari Makedonia. Gerakan anti-Makedonia semakin meluas di Athena
dan ini berimbas buruk terhadap Aristoteles. Karena kedekatannya dengan raja
Makedonia itu, ia dituduh oleh orang-orang Athena yang anti-Makedonia sebagai
atheis dan penyebar ajaran subversif. Karena tuduhan dan serangan-serangan
orang-orang Athena itu, ia berpikir lebih bijak: lebih baik meninggalkan
Athena. Selanjutnya urusan universitas Lykeium
ia serahkan ke tangan muridnya, Theoprastos dan Aristoteles sendiri pindah dan
melarikan diri ke Khalkis dan meninggal di sana pada tahun 322.
INGIN CEPAT JADI JUTAWAN YUK MARI GABUNG SEKARANG JUGA
BalasHapusKharismaPokerMenjadiSitusBandarQOnlineTerprcayaIndonesia
Promo yang diberikan :
Minimal DP dan WD Rp. 20.000.
Support bank lokal : BCA, BNI, BRI, MANDIRI, dan DANAMON.
Bisa dimainkan di iPhone, Android, PC / Laptop.
Online 24 jam setiap hari meskipun hari libur nasional.
Link Alternatif Kharismapoker :
www.khpk288.net
www.kharismapkr.com
www.kharismaqiu.com
CS nya yang ramah , siap melayanani anda 24 jam
Bonus REFERRAL 20% setiap minggunya (seumur hidup)
Bonus CASHBACK 0.3- 0,5% setiap hari
Contact resmi kharismaPoker :
Telp :+85588278896
BBM;dc7cdd80
WA: +85588278896